Bu guru ,
aku belum mau , aku belum mau?
Begitulah yang ku
dengar setelah penyajian layanan informasi klasikal untuk siswa kelas VII di
sebuah SMP dengan tema FUBERTAS. Diantara yang dikemukakan pada materi layanan dikemukakan
usia fubertas, tanda-tanda fubertas, perkembangan fisik dan psikis pada usia
fubertas. Hal terpenting pesan guru BK /konselor sekolah pada siswanya adalah
sikap dan akhlah yang perlu dijaga
seperti prilaku kebersihan diri
dan pola pergaulan lawan jenis yang menjunjung tinggi norma-norma agama dan
masyarakat yang berlaku. Diakhir layanan guru bk/konselor sekolah memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk menanggapi atau mengemukakan sesuatu. Maka Terdengarlah
“bu guru aku belum mau, aku
belum mau, tapi udah dapet, aku belum mau, aku belum mau” ungkapan begitu memerlukan uluran bantuan, seolah
memelas dan kebingunan, penolakan yang jelas tampak padanya.
Aku berpikir betapa anak ini galau dengan kondisinya yang
tidak siap dengan perkembangan fisiknya, anak yang masih ingin bermain, menikmati
masa anak-anaknya. Tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan haid setiap bulannya adalah suatu
kerepotan, bahkan sesuatu yang menjijikan. Ia dewasa sebelum kematangannya, ia
belum cukup pengetahuan, keterampilan
dan sikap untuk menghadapi dan menjalani pertumbuhan dan perkembangan
fisiknya saat ini. Karena hal itu datang terlalu dini baginya. Dia yang masih anak-anak
, bersikap seperti kanak-kanak pada umumnya, menginginkan dunia anak-anak masih
berada padanya, tak mau tercerabutkan. Kini ia telah di bebani kewajiban
sebagai orang dewasa baik sebagai manusia yang beragama dan kewajiban lainnya, dan terlebih dari itu siap beralih
dari dunia anak-anaknya. Sudah tentu
menjadi tugas bersama mencari sousinya .
Hasil diskusi teman-teman seprofesi membawa kami setidaknya
ada dua faktor menonjol yang menjadikan anak dewasa lebih cepat yang pertama adalah makanan dan kedua adalah
faktor informasi yang tak seimbang (tak maching dengan perkembangan anak). Namun
khusus kasus ini tampaknya faktor makanan lebih dominan. Ini anggaplah ajakan ….bagi
kita bersama
Wahai Ayah sang kepala keluarga
bahwa salah satu yang
menghadang mu ke surga adalah dakwaan putrimu
wahai ayah tak satupun luput dimintai pertanggungjawaban terhadap
segala sesuatu pada keluargamu
wahai Ayah tanyakanlah apa yang diberikan ibu putra-putrimu
sebagaimakanannya
wahai Ayah tanyakanlah pada ibu anak-anakmu bagaimana keadaan
pertumbuhan dan kematangan anak-anakmu
wahai Ayah dengarkanlah
cerita gembira dan keluh-kesah dari ibu anak-anakmu, juga putra-putrimu
Wahai Ayah berikanlah waktu bersama ibu anak-anakmu dan
putra-putrimu.
Wahai Ayah ibu anaka-anakmu dan putra-putrimu pasti tak kan
mau kehilangan mu, karenanya janganlah pernah ingkar, lari dan takut akan
semua yang ada dalam keluargamu. Agar lahir suatu generasi handal yang dicita-citakan.
khusus tentang pengalaman ini akan dilanjutkan konseling individual pikirku dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar