Jumat, 05 Agustus 2016

manusia serba dimensi

http://www.republika.co.id/berita/koran/khazanah-koran/15/01/29/nixco725-makhluk-serba-dimensi18.3.2015
Makhluk Serba Dimensi
Thursday, 29 January 2015, 13:00 WIB
Dalam Alquran manusia berulang kali diangkat derajatnya dan berulang kali juga direndahkan. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam, surga, bahkan malaikat, tetapi pada saat yang sama mereka tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang melata sekalipun. Manusia dihargai sebagai khalifah dan makhluk yang mampu menaklukkan alam (taskhir) . Namun, posisi ini bisa merosot ke tingkat "yang paling rendah dari segala  yang rendah" (asfala safilin).    

Gambaran kontradiktif menyangkut keberadaan manusia itu menandakan bahwa makhluk yang namanya manusia itu unik, makhluk yang serba dimensi, ada di antara predisposisi negatif dan positif. Manusia bisa berada pada predisposisi positif bila ia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik di permukaan bumi ini dan tidak menyalahi ketentuan yang telah dibuat oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW lewat Alquran. Dan, sebaliknya manusia yang berada pada predisposisi negatif merupakan mereka-mereka yang tidak mengindahkan peraturan dan ketentuan serta cenderung memperturutkan hawa nafsunya.

Setidaknya, ada delapan predisposisi negatif manusia dalam Alquran yang harus kita ketahui.
1.        Pertama, manusia an’am (seperti binatang ternak). Manusia diberi hati, mata, dan telinga untuk mengenal tanda-tanda kekuasaan Allah, tetapi jika tidak digunakannya maka sama saja ia tidak mempunyai potensi tersebut. (QS al-A’raaf [7]: 179).2.
2.       Kedua, manusia kalb (seperti anjing). Allah berikan hawa nafsu kepada manusia agar kehidupan manusia menjadi dinamis. Dengan nafsu, manusia mempunyai cita-cita, keinginan untuk kawin, bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, makan dan minum, dan sebagainya. Nafsu perlu dikendalikan dan dikawal bukannya dituruti sepenuhnya seperti binatang.(QS al-A’raaf [7]: 176).
3.       Ketiga, manusia qird (seperti kera). Mereka yang tidak beramal saleh dan fasik mendapat balasan yang lebih buruk, yaitu dikutuk dan dimurkai oleh Allah. (QS al-Maidah [5]: 60).
4.       Keempat, manusia khinzir (seperti babi). Dalam ayat 160 surah al-Maidah seperti di atas juga menyebut perumpamaan seperti babi terhadap orang-orang fasik. Babi merupakan makhluk yang diharamkan oleh Allah untuk memakannya dan ia memiliki berbagai karakter yang tidak baik. Manusia bagaikan babi adalah manusia yang memiliki berbagai karakter yang tidak baik. (HR Ats-Tsauri).
5.       Kelima, manusia hijarah (seperti batu). Mereka yang keras hatinya sehingga ingkar dan tidak mau menerima perintah Allah diumpamakan seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS al-Baqarah [2]: 74).
6.       Keenam, manusia ankabut (seperti laba-laba). Manusia sering angkuh dan sombong dengan kelebihan dan potensi yang Allah berikan. Mereka bangga dengan segala prestasi yang diperoleh di dunia dan menganggap tidak ada sesuatu pun yang dapat membinasakan mereka. (QS al-Ankabut [29]: 41).
7.       Ketujuh, manusia himar (seperti keledai). Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diibaratkan seperti keledai. Mereka telah diberikan panduan, tetapi tidak mengambilnya. Suatu kerugian yang besar bagi manusia yang telah mengenal Allah, tetapi kemudian mendustakannya. (QS al-Jumu’ah [62]: 5).

Dan yang terakhir atau
8.       kedelapan dalam pandangan Alquran, yakni manusia khasyab(seperti kayu). Manusia sering bersikap tidak jujur dan hipokrit. Mereka hanya mengejar dunia dengan kemewahan, keseronokan, dan kecantikan yang bersifat sementara. Nilai ini dianggap penting dan dipandang tinggi oleh manusia, tetapi bukan suatu yang bermakna di sisi Allah SWT sehingga Allah umpamakan seperti kayu. (QS al-Munafiqun [63]: 4). 

Demikianlah secara gamblang Allah SWT telah memberikan predisposisi negatif terhadap manusia yang enggan menggunakan seluruh potensi yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya. Mari sama-sama kita berharap sembari berusaha dan berdoa agar predisposisi negatif yang telah Allah lukiskan kepada manusia di dalam Alquran terjauhkan dari sifat dan karakter yang ada dalam diri kita.